![]() |
Ilustrasi orang gibah (Dok. Ist) |
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin pernah secara sengaja atau tidak, membicarakan keburukan orang lain saat mereka tidak hadir.
Dalam Islam, tindakan ini disebut ghibah atau menggunjing, dan termasuk salah satu dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT.
(toc) #title=(Daftar isi)
Bahkan, ghibah diibaratkan seperti memakan daging saudara sendiri yang telah meninggal. Menjijikkan, bukan?
(getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Allah SWT dengan tegas melarang umat Islam melakukan ghibah. Larangan ini tertuang dalam Surah Al-Hujurat ayat 12 yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini tidak hanya menyentil hati, tetapi juga menyadarkan bahwa ghibah adalah perbuatan keji yang merusak ukhuwah islamiyah (persaudaraan dalam Islam).
Apa Itu Ghibah?
Dalam buku Ghibah: Sumber Segala Keburukan karya Shakil Ahmad Khan dan Wasim Ahmad, dijelaskan bahwa ghibah adalah membicarakan aib atau keburukan seseorang tanpa kehadirannya, sehingga ia tidak bisa membela diri.
Meskipun apa yang dibicarakan itu benar, tetap saja termasuk dalam kategori dosa.Jika yang dibicarakan ternyata tidak benar, maka hal itu berubah menjadi fitnah, yang dosanya lebih besar lagi. Maka, betapa bahayanya lisan yang tidak dijaga!
Menurut Cermin Muslim karya Muhammad Irfan Helmy, salah satu dampak mengerikan dari ghibah adalah hilangnya pahala ibadah. Bayangkan, kita capek-capek shalat, puasa, sedekah, tapi semua itu hangus karena lisan yang tidak terkontrol.
Kitab Nashaihul ‘Ibad karangan Syekh Nawawi Al-Bantani juga menegaskan bahwa Rasulullah SAW menyebut ghibah sebagai salah satu sifat tercela yang bisa menghilangkan amal saleh. Dalam hadits yang diriwayatkan disebutkan:
“Empat perkara dapat menghapus empat hal yang baik pada diri manusia, yaitu: marah menghilangkan akal, hasad (dengki) menghilangkan agama, tamak menghilangkan rasa malu, dan ghibah menghilangkan amal saleh.”
Jadi, ghibah bukan hanya dosa sosial, tapi juga ancaman serius bagi keselamatan amal kita di akhirat nanti.
Ghibah Menghalangi Naiknya Amal ke Langit
Dalam buku Ramadhan Bersama Nabi: Tafsir dan Hadis Tematik di Bulan Suci karya Rosidin, disebutkan bahwa ghibah bisa menjadi penghalang naiknya amal kebaikan ke langit. Para malaikat penjaga pintu-pintu langit menolak amal-amal orang yang suka menggunjing.
Artinya, walaupun seseorang rajin beribadah, jika masih suka ghibah, amalnya tidak akan sampai kepada Allah. Sungguh merugikan.
Syukur masih ada pintu taubat. Jika kita pernah atau bahkan sering bergunjing, segeralah bertobat kepada Allah SWT. Caranya adalah:
1. Menyesal sepenuh hati atas perbuatan itu
2. Meminta ampunan kepada Allah (istighfar
3. Tidak mengulangi perbuatan tersebut
4. Mengganti keburukan dengan kebaikan, misalnya menyebut kebaikan orang yang pernah kita gunjingkan
Dalam buku Jangan Baca Buku Ini Jika Belum Siap Masuk Surga karya Brilly El Rasheed, disebutkan kisah Al-Hasan Al-Bashri ketika ditanya tentang seseorang yang bertaubat dari dosanya.
Ia berkata bahwa meskipun Allah mengampuni, catatan dosa tetap ada dan akan diperlihatkan kelak di hari kiamat, hingga Allah sendiri yang menghapusnya.
Al-Hasan menangis dan berkata, “Jika kita tidak menangis karena rasa malu saat diperlihatkan dosa-dosa itu, maka pantaslah kita menangisi diri kita.”
Sebagai penutup, sebuah nasihat dari Bilal bin Sa’ad dalam Jami' Al-'Ulum wa Al-Hikam mengingatkan:
“Sesungguhnya Allah akan mengampuni semua dosa, namun tidak akan menghapusnya dari catatan amal sampai orang itu dihadapkan kepada pemilik (haknya) di hari kiamat, walaupun ia sudah bertaubat.”
Itu artinya, dosa-dosa yang menyangkut orang lain seperti ghibah, akan tetap menjadi urusan besar di hari penghakiman nanti, kecuali jika kita memperbaikinya sejak di dunia.
(getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Bulan Ramadhan, bulan puasa, atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari adalah kesempatan emas untuk memperbanyak amal.
Tapi semua itu bisa sia-sia jika masih suka ghibah. Jangan sampai kita masuk kategori orang yang puasanya hanya mendapatkan lapar dan haus, tanpa pahala apa pun.
Mari jaga lisan, jaga hati, dan isi waktu dengan hal-hal yang mendatangkan keberkahan. Jika mulut ingin berbicara, pastikan hanya mengeluarkan yang baik-baik saja. Kalau tidak bisa, diam itu lebih mulia.