![]() |
Puasa Qadha (Dok. Ist) |
Bulan Dzulhijjah adalah salah satu waktu paling istimewa dalam Islam. Terutama sepuluh hari pertama di bulan ini, yang disebut-sebut sebagai hari-hari terbaik untuk memperbanyak amal saleh. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan di waktu ini adalah berpuasa
Dalam kitab Fadhailul Auqat karya Imam Al-Baihaqi, yang diterjemahkan oleh Muflih Kamil, disebutkan bahwa Ibnu Abbas RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW:
(toc) #title=(Daftar isi)
“Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih dicintai oleh Allah melebihi hari-hari ini, yaitu sepuluh hari Dzulhijjah.” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
(getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?”
Rasulullah menjawab, “Tidak juga jihad, kecuali seseorang yang pergi dengan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan apa pun.”
Hadis ini menunjukkan betapa besar keutamaan amal kebaikan pada hari-hari awal Dzulhijjah. Maka tak heran banyak umat Islam yang memilih untuk berpuasa di hari-hari ini.
Namun, muncul pertanyaan penting: bagaimana jika seseorang masih memiliki utang puasa Ramadhan, bolehkah menggantinya di sepuluh hari awal Dzulhijjah sekaligus berharap mendapatkan pahala puasa sunnah?
Perbedaan Pandangan Sahabat Nabi
![]() |
Puasa Dzulhijjah (Dok. Ist) |
Dalam buku Latha’iful Ma’arif karya Ibnu Rajab Al-Hanbali, dijelaskan bahwa para sahabat Nabi memiliki perbedaan pandangan tentang hal ini.
Umar bin Khattab RA berpendapat bahwa berpuasa qadha Ramadhan di hari-hari utama seperti awal Dzulhijjah justru sangat dianjurkan. Menurutnya, menggabungkan ibadah wajib dengan waktu yang utama bisa menggandakan pahala.
Sementara itu, Ali bin Abi Thalib RA berpendapat berbeda. Ia lebih memilih untuk memisahkan antara puasa qadha dan puasa sunnah, karena masing-masing memiliki keutamaan tersendiri.
Menurutnya, berpuasa qadha di hari-hari itu bisa membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keutamaan khusus puasa sunnah Dzulhijjah.
Pendapat Imam Ahmad bin Hanbal
Imam Ahmad memiliki dua pandangan mengenai hal ini:
1. Dalam salah satu riwayat, beliau sepakat dengan pandangan Ali bin Abi Thalib RA bahwa sebaiknya puasa qadha tidak dilakukan pada hari-hari yang memiliki keutamaan untuk puasa sunnah.
2. Namun, dalam riwayat lain, Imam Ahmad membolehkan puasa qadha di hari-hari tersebut. Alasannya, ibadah wajib tetap memiliki nilai besar jika dilakukan di waktu yang penuh keutamaan.
Pandangan Ulama Kontemporer NU
Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail PBNU, Ustadz Alhafiz Kurniawan, menjelaskan bahwa menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah seperti Tarwiyah (8 Dzulhijjah) atau Arafah (9 Dzulhijjah) tetap diperbolehkan secara syariat.
Hal ini merujuk pada penjelasan dalam Asnal Mathalib karya Syekh Zakariya Al-Anshari. Disebutkan bahwa seseorang yang berpuasa dengan niat qadha atau nazar pada hari-hari yang memiliki keutamaan sunnah tetap bisa mendapat pahala puasa sunnah juga.
Pandangan ini juga diperkuat oleh ulama seperti Al-Barizi, Al-Ushfuwani, dan Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri.
Penjelasan dari Buya Yahya
Dalam sebuah tayangan di kanal YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menyampaikan bahwa lebih baik mendahulukan puasa qadha Ramadhan daripada puasa sunnah, karena puasa qadha adalah kewajiban.
Namun, terkait niat, Buya Yahya menegaskan bahwa niat puasa qadha harus berdiri sendiri dan tidak boleh digabung dengan niat puasa sunnah.
Menurut beliau, puasa wajib (qadha) dan sunnah tidak bisa digabungkan dalam satu niat, meskipun dilakukan di hari yang memiliki keutamaan.
Dalam buku Belajar Sendiri Semua Jenis Shalat karya Zainal Abidin, dijelaskan bahwa puasa Dzulhijjah dilakukan mulai dari tanggal 1 hingga 9, dan caranya sama seperti puasa sunnah pada umumnya.
Waktu niat: Sejak maghrib sampai sebelum fajar.
Yang membatalkan puasa: Sama seperti puasa Ramadhan, seperti makan, minum, dan hubungan suami istri.
(getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Jika batal: Tidak wajib diganti karena puasa ini hukumnya sunnah.
Menggabungkan puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah di sepuluh hari awal Dzulhijjah memang menjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama.
Sebagian memperbolehkan, dengan niat khusus untuk qadha, namun tetap bisa mendapatkan keutamaan puasa sunnah karena waktunya. Sebagian lagi lebih memilih untuk memisahkannya agar masing-masing ibadah dilakukan dengan kesungguhan.