![]() |
Ilustrasi Aisyah RA (Dok. Ist) |
Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar RA dikenal sebagai salah satu istri Nabi Muhammad SAW yang paling cerdas dan berperan besar dalam menyebarkan ajaran Islam.
Selain dikenal karena ilmunya, Aisyah RA juga dikenal memiliki semangat ibadah yang tinggi dan selalu patuh terhadap syariat Islam, termasuk dalam pelaksanaan ibadah haji.
(toc) #title=(Daftar isi)
Salah satu kisah menarik yang layak kita pelajari adalah bagaimana beliau melaksanakan ibadah haji bersama Rasulullah SAW.
(getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Haji Bersama Nabi Muhammad SAW di Tahun 9 Hijriah
![]() |
Ilustrasi Aisyah RA (Dok. Ist) |
Aisyah RA mengikuti perjalanan haji bersama Nabi Muhammad SAW dalam haji yang dikenal sebagai Haji Wada’, yaitu haji perpisahan yang dilakukan oleh Nabi pada tahun 9 Hijriah.
Dalam rombongan ini, turut serta para sahabat dan istri-istri Nabi lainnya. Namun, dalam perjalanan menuju Mekah, Aisyah mengalami haid sebelum sempat memasuki Masjidil Haram dan melaksanakan tawaf.
Menurut ketentuan syariat, wanita yang sedang haid tidak diperbolehkan melakukan tawaf di Ka'bah.
Padahal, tawaf adalah salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan. Ketika menyadari bahwa ia tidak bisa melaksanakan tawaf seperti jamaah haji lainnya, Aisyah merasa sangat sedih. Ia bahkan menangis karena merasa ibadah hajinya tidak sempurna.
Tanggapan Rasulullah SAW yang Penuh Hikmah
Mengetahui kondisi tersebut, Rasulullah SAW pun menenangkan Aisyah dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Beliau bersabda:
"Lakukanlah apa yang dilakukan oleh orang yang berhaji, kecuali thawaf di Ka'bah hingga engkau suci." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan bimbingan langsung dari Nabi SAW, Aisyah tetap melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji seperti jamaah lainnya, kecuali thawaf. Ia bersabar menunggu hingga masa haidnya selesai.
Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memudahkan dan memperhatikan kondisi khusus yang dialami seseorang, terutama bagi kaum perempuan.
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji dan telah suci dari haid, Aisyah menyampaikan kegundahannya kepada Rasulullah SAW.
Ia berkata bahwa semua orang telah menunaikan haji dan umrah, sedangkan dirinya baru melaksanakan haji saja.
Mendengar hal tersebut, Rasulullah SAW sangat memahami perasaan Aisyah. Maka beliau memerintahkan saudara Aisyah, yaitu Abdurrahman bin Abu Bakar, untuk menemaninya ke Tan’im.
Di tempat itulah Aisyah kemudian mengambil miqat dan berihram kembali untuk melaksanakan umrah secara terpisah setelah hajinya selesai.
Dari sinilah kemudian tempat tersebut dikenal dengan nama Masjid Aisyah, sebagai penghormatan atas kisah beliau yang menunaikan umrah dari Tan’im.
Makna dan Hikmah dari Kisah Ini
Kisah Sayyidah Aisyah RA dalam melaksanakan haji memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam, khususnya kaum perempuan:
1. Kesabaran dalam Menghadapi Ujian
Aisyah tetap tenang dan sabar saat menghadapi kondisi yang menghalanginya untuk melaksanakan sebagian rukun haji. Kesabarannya menjadi teladan dalam menghadapi keterbatasan dengan tetap menjaga semangat ibadah.
2. Ketundukan pada Syariat
Meskipun sedih, Aisyah RA tidak memaksakan diri untuk melanggar ketentuan syariat. Ia tetap mengikuti arahan Nabi dengan sepenuh hati dan hanya melakukan ibadah yang diperbolehkan baginya saat itu.
3. Perhatian Islam terhadap Perempuan
Dari kisah ini juga terlihat jelas bahwa Islam bukan agama yang memberatkan. Dalam kondisi seperti haid, wanita diberikan keringanan tanpa mengurangi pahala ibadah mereka.
Ini mencerminkan betapa Islam sangat memperhatikan kondisi biologis dan psikologis perempuan.
4. Keteladanan Rasulullah SAW dalam Membimbing
Rasulullah SAW tidak hanya memberikan petunjuk hukum, tapi juga mendampingi dengan kelembutan, memahami kondisi batin istri beliau, dan memberikan solusi yang bijaksana.
(getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Kisah haji Sayyidah Aisyah RA bukan sekadar catatan sejarah, melainkan contoh nyata bagaimana seorang wanita muslimah menghadapi ujian dalam ibadah dengan sabar dan patuh.
Dari pengalaman ini pula kita bisa memahami bahwa setiap ketentuan dalam syariat Islam memiliki tujuan untuk memudahkan, bukan menyulitkan umat.
Masjid Tan’im yang kini dikenal sebagai Masjid Aisyah menjadi simbol dari kisah yang sarat makna ini, bahwa ibadah harus disertai dengan pemahaman dan keikhlasan.