![]() |
Aksi tabur uang (Dok. Ist) |
Perayaan Tahun Baru Islam atau 1 Muharram kembali menjadi sorotan publik, kali ini bukan karena pawai atau ceramah keagamaan, melainkan karena aksi seorang pengusaha bernama H.
Khairul Umam, lebih dikenal dengan sebutan Haji Her yang membagikan uang tunai kepada peserta pawai di depan rumahnya.
(toc) #title=(Daftar isi)
Video berdurasi 40 detik yang memperlihatkan aksi ini pun langsung viral di media sosial, menimbulkan berbagai reaksi dari warganet.
(getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Ada yang memuji niat baik Haji Her, namun tak sedikit pula yang mempertanyakan apakah cara berbagi seperti itu sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Tabur Uang di 1 Muharram, Spontanitas atau Sensasi?
Dalam rekaman video tersebut, Haji Her terlihat melemparkan uang pecahan Rp100.000 dari lantai dua rumahnya kepada warga dan peserta pawai yang melintas. Sontak saja, suasana menjadi ramai.
Banyak yang berebut untuk mendapatkan uang, bahkan beberapa orang nekat melompati pagar demi mengambil uang yang jatuh ke jalan.
Aksi tersebut ternyata tidak direncanakan secara khusus. Haji Her mengaku bahwa ia hanya ingin berbagi rezeki kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk rasa syukur.
Sebagai pengusaha tembakau, ia menyatakan bahwa tindakan seperti itu bukan hal baru dan sudah sering ia lakukan.
Namun, di tengah pujian atas sikap dermawannya, kritik pun bermunculan. Beberapa pihak menganggap bahwa membagikan uang dengan cara dilempar dari atas rumah bisa menimbulkan kesan pamer.
Islam dan Pandangan terhadap Perayaan Tahun Baru Hijriah
Tahun Baru Hijriah, yang diperingati setiap 1 Muharram, adalah salah satu momentum penting dalam sejarah umat Islam.
Ini bukan sekadar pergantian angka tahun, melainkan pengingat atas hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, peristiwa monumental yang menjadi awal dimulainya kalender Hijriah.
Bagi umat Islam, momen ini seharusnya menjadi titik tolak untuk hijrah secara spiritual. Hijrah dari keburukan menuju kebaikan, dari lalai menjadi sadar, dan dari maksiat menuju taat. Sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi kaum yang bertakwa.” (QS. Yunus: 6)
Dengan demikian, 1 Muharram bukan hanya sekadar tanggal merah atau ajang pesta budaya. Ia adalah waktu yang sangat baik untuk melakukan refleksi diri, memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia, serta memperkuat keimanan.
Aksi Sosial di Hari Besar Islam: Bolehkah?
Lalu, bagaimana dengan aksi sosial seperti tabur uang? Apakah diperbolehkan dalam Islam? Jawabannya tentu bergantung pada niat, cara, dan konteks pelaksanaannya.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bersedekah dan berbagi rezeki, terutama di hari-hari mulia seperti bulan Muharram. Namun, sedekah tidak hanya dinilai dari jumlah yang diberikan, tapi juga dari adab dan hikmah dalam memberikannya.
Islam mendorong sedekah dilakukan dengan cara yang santun, tidak menyakiti perasaan penerima, dan tidak memancing riya (pamer).
Dalam hal ini, walaupun niat Haji Her adalah baik, cara yang ditempuh masih bisa diperdebatkan. Ketika pemberian menimbulkan keributan hingga orang-orang berebut, bahkan memanjat pagar, maka mungkin perlu dipertimbangkan ulang pendekatannya.
Muharram Merupakan Bulan Penuh Keistimewaan
Bulan Muharram memiliki tempat khusus dalam Islam. Ia disebut sebagai “Syahrullah”, bulan Allah dan termasuk dalam empat bulan haram yang dimuliakan.
Di dalamnya terdapat hari-hari penting seperti Tasua dan Asyura, di mana dianjurkan untuk berpuasa. Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Allah, Muharram.” (HR. Muslim)
Tak hanya itu, bulan ini juga menjadi saksi sejarah agung para nabi. Misalnya, Nabi Musa diselamatkan dari kejaran Fir’aun pada hari Asyura, dan Nabi Yunus dikeluarkan dari perut ikan.
Momen ini bisa menjadi refleksi spiritual bagi kita untuk memperkuat kesabaran dan tawakal kepada Allah SWT.
Menyambut Tahun Baru Hijriah dengan Bijak
Sebagai umat Islam, kita patut menyambut tahun baru Hijriah dengan penuh rasa syukur, bukan hanya lewat simbolik atau seremoni belaka, tetapi dengan meningkatkan amalan kebaikan. Tidak harus berupa tabur uang, bisa juga dalam bentuk:
- Membantu sesama yang membutuhkan
- Meningkatkan ibadah sunnah
- Berpuasa di hari-hari istimewa
- Merenungi kembali perjalanan hidup dan memperbaiki niat
Peringatan 1 Muharram idealnya menjadi ajang hijrah menuju pribadi yang lebih baik, bukan ajang untuk mencari popularitas. Jika ingin berbagi, lakukan dengan cara yang bijak dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat.