![]() |
Lempar jumroh (Dok. Ist) |
Salah satu rangkaian penting dalam ibadah haji adalah melontar jumrah, sebuah ritual yang dilakukan para jemaah saat berada di Mina. Meskipun seperti sekadar melempar batu ke tiga titik tertentu, namun ada makna spiritual di balik lempar Jumrah Ula.
Ternyata amalan ini mengandung makna spiritual yang dalam dan merupakan simbol dari perjuangan melawan godaan setan.
(toc) #title=(Daftar isi)
Apa Itu Melontar Jumrah?
Melontar jumrah dilakukan dengan cara melemparkan batu-batu kerikil ke tiga titik utama, yaitu, Jumrah Ula (pertama), Jumrah Wustha (tengah) dan Jumrah Aqabah (terakhir)
(getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Tindakan ini merupakan bentuk zikir dan ketaatan kepada Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 203:
"Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah: 203)
Asal-Usul Lempar Jumrah
Menurut berbagai riwayat dan sumber sejarah, seperti yang dijelaskan dalam buku Sejarah Ibadah karya Syahruddin El-Fikri, ritual lempar jumrah berasal dari kisah Nabi Ibrahim AS.
Saat itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail AS. Dalam perjalanan untuk melaksanakan perintah tersebut, iblis muncul dan mencoba menggoda Ibrahim agar mengurungkan niatnya.
Namun, Nabi Ibrahim yang memiliki keimanan kuat, segera menyadari bahwa itu adalah tipu daya iblis. Ia pun melempari iblis dengan batu kerikil sebanyak tujuh kali.
Godaan iblis tidak berhenti di situ. Ia lalu mendekati Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim, dengan harapan bisa menggoyahkan keyakinannya. Siti Hajar pun menolak bujukan iblis dan juga melemparinya dengan batu.
Tak kehabisan akal, iblis kemudian mendekati Nabi Ismail, sang anak. Namun, Ismail AS tetap menunjukkan kepatuhan dan keteguhan iman kepada Allah, lalu melempar iblis sebagaimana yang dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Karena keteguhan hati dan ketaatan keluarga Nabi Ibrahim, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba untuk disembelih. Peristiwa ini menjadi landasan sejarah disyariatkannya lempar jumrah sebagai simbol kemenangan atas godaan iblis.
Makna di Balik Tiga Titik Lemparan
Tiga lokasi pelemparan batu yang dikenal sebagai jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah bukanlah titik sembarangan. Masing-masing memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan perjuangan spiritualdalam menghadapi godaan setan. Berikut makna dari ketiga jumrah tersebut:
1. Jumrah Ula
Ini adalah lokasi pertama di mana iblis menggoda Nabi Ibrahim agar tidak melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih anaknya. Namun, Ibrahim AS menolak bujukan itu dan melempari iblis dengan tujuh batu.
Jumrah Ula menjadi simbol dari penolakan awal terhadap keraguan dan godaan yang mengganggu niat baik seseorang.
2. Jumrah Wustha
Iblis kemudian mencoba mendekati Siti Hajar agar melarang suaminya menunaikan perintah Allah. Tapi Hajar menunjukkan keteguhan iman, lalu melempari iblis.
Lokasi ini menjadi simbol bahwa seorang istri pun punya peran penting dalam menjaga keteguhan spiritual keluarganya.
3. Jumrah Aqabah
Godaan terakhir dilakukan kepada Nabi Ismail. Iblis mengira anak muda itu mudah terpengaruh. Tapi Ismail AS juga berhasil mengalahkan godaan tersebut. Ia tetap taat dan teguh pada perintah Allah.
Maka, jumrah Aqabah menjadi lambang bahwa siapa pun, bahkan anak muda, harus siap melawan godaan yang datang menghampiri.
Filosofi Lempar Jumrah Simbol Melawan Hawa Nafsu
Melempar jumrah bukan sekadar aktivitas fisik melempar batu. Lebih dari itu, ia adalah simbol dari perjuangan batin melawan hawa nafsu dan bisikan setan.
Tiang-tiang di Mina yang menjadi sasaran lemparan bukanlah perwujudan iblis secara fisik, tapi pengingat bahwa setiap manusia pasti diuji dengan godaan.
Melalui ritual ini, para jemaah haji diajak meneladani kekuatan iman keluarga Nabi Ibrahim. Mereka tidak menyerah pada bujukan, meskipun yang dipertaruhkan adalah hal paling berharga: nyawa anak tercinta.
(getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Melontar jumrah mengajarkan kita bahwa dalam menjalani hidup, akan selalu ada bisikan yang mencoba menyesatkan langkah. Namun, selama kita memegang teguh keimanan, godaan itu bisa kita lawan.
Ritual ini menjadi momen untuk memperkuat komitmen spiritual dan membuktikan bahwa ketaatan pada Allah adalah yang utama, bahkan di atas kepentingan pribadi.
Tidak hanya sebagai ibadah, melontar jumrah menjadi pengingat untuk terus menolak ajakan setan dalam bentuk apa pun, baik itu kesombongan, keraguan, atau ketamakan.