Dalam buku Sejarah Wali Songo, Sunan Muria menyebarkan agama di beberapa wilayah mulai dari Tayu, Pati, Kudus, Juana hingga lereng gunung Muria. Meskipun dakwahnya masih terbilang tradisional, namun dakwah Sunan Muria berhasil menarik perhatian sebagai lapisan masyarakat.
Biografi Sunan Muria Secara Singkat
Sunan Muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga dan juga Dewi Sahid. Selain itu, Sunan Muria memiliki nama asli Raden Umar Said. Pada saat usianya sudah matang, Sunan Muria menikah dengan putri dari Ulama yakni Sunan Ngerang. Mertuanya sendiri cukup disegani masyarakat.Dalam beberapa buku, terdapat penjelasan bahwa Sunan Muria termasuk dalam wali songo yang terkenal sakti secara fisik. Bahkan dirinya mendirikan padepokan yang terletak di atas gunung. Berlatar belakang keluarga yang terhormat, membuat Sunan Murai cukup populer.
Masyarakat zaman dahulu juga menyukai strategi dakwah Sunan Muria. Sebab para wali songo selalu menyebarkan agama dengan santai dan tanpa adanya paksaan. Meskipun demikian, para wali juga mengizinkan masyarakat untuk menjalankan beberapa tradisi ataupun adat istiadat.
Fakta Menarik Sunan Muria
Selain karomah Sunan Muria yang cukup populer, banyak fakta menarik tentangnya. Bahkan banyak masyarakat yang tertarik untuk menjadikannya sebagai inspirasi menulis buku. Berikut beberapa fakta menarik sunan Muria yang jarang mendapatkan sorotan dari media, yakni:1. Lebih Menyukai Tinggal di Pedalaman
Meskipun dirinya lebih terkenal dalam kesultanan Demak, namun Sunan Muria lebih menyukai tinggal di tempat terpencil yang jauh dari pusat kota. Bahkan dirinya memutuskan untuk tinggal dan menetap di gunung Muria. Gunung Muria sendiri terletak di pantai Utara, Jawa Tengah.Salah satu alasan sunan Muria menyukai pedalaman yaitu masyarakat masih kesulitan untuk mendapatkan pengetahuan seputar ilmu agama. Oleh karena itu, Sunan Muria lebih menyukai wilayah pedalaman. Terlebih kondisi ekonomi di wilayah pedalaman tergolong masih kurang.
2. Memodifikasi Tradisi Budaya Jawa Lama
Pada saat berdakwah, masyarakat masih menganut sistem kebudayaan yang cukup kental. Salah satu tradisi masyarakat di zaman dahulu yaitu menyajikan sesajen. Melihat hal ini, tentu ajaran Islam sulit untuk diterapkan secara keseluruhan.Agar ajaran agama Islam mendapat perhatian masyarakat, Sunan Murai memodifikasi tradisi sesajen. Jika biasanya masyarakat menyajikan makanan untuk roh leluhur, maka masyarakat mulai menyajikan makanan untuk tetangga. Namun, kerabat terdekat harus mendoakan leluhur.
3. Berdakwah dengan Kursus Gratis
Jika saat ini ulama menggunakan metode dakwah yang lebih modern. Maka ulama di zaman dahulu terutama Sunan Muria masih menggunakan cara tradisional. Bahkan dirinya berdakwah sambil memberikan kursus keterampilan secara gratis untuk masyarakat Muria dan sekitarnya.Adapun kursus tersebut meliputi ilmu berdagang, bercocok tanam, menangkap ikan, membuat perahu dan lainnya. Dengan kursus tersebut, Sunan Muria mendapatkan banyak kepercayaan dari masyarakat. Oleh karena itu, Sunan Muria lebih mudah menyebarkan agama Islam.
4. Berdakwah dengan Kesenian
Selain berdakwah dengan Kursus gratis, Sunan Muria juga berdakwah menggunakan kesenian. Hal ini tentu tak berbeda jauh dengan sang ayah yang menjadi gurunya sendiri yakni Sunan Kalijaga. Terlebih Sunan Muria cukup piawai dalam mendalang.Salah satu kisah pewayangan yang menjadi andalannya yaitu kisah Topo Ngeli. Dalam kisah tersebut terdapat tokoh andalan bernama Dewi Ruci. Dewi Ruci sendiri merupakan emp dari kerajaan Majapahit.
Karomah Sunan Muria yang Cukup Sakti
Karomah Sunan Muria tentu sudah tidak asing bagi masyarakat Jawa. Sebab Sunan Muria memiliki benda yang berupa pelana kuda. Barang tersebut seringkali digunakan oleh Sunan Muria untuk meminta hujan saat kemarau panjang terjadi.Tradisi meminta hujan lebih terkenal dengan istilah Buyang Cekathak atau memandikan pelana kuda. Secara umum, tradisi ini masyarakat lakukan dengan cara berjalan dari kompleks masjid Muria ke arah air sendang rejoso. Kemudian, pelana kuda tersebut dimandikan di air sendang.
Percikan air kemudian diarahkan ke warga dan dilanjutkan dengan doa serta sholat bersama. Setelah melakukan tradisi tersebut, umumnya masyarakat akan makan bersama. Apabila ritual selesai, biasanya hujan akan turun atas seizin Allah SWT.
Selain pelana kuda, sunan Muria juga memiliki gentong yang terkenal mujarab. Dalam gentong tersebut terdapat air yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Bahkan masyarakat sekitar mempercayai Bajawa air tersebut dapat mencerdaskan orang yang meminumnya.
Itulah beberapa karomah Sunan Muria yang jarang mendapatkan sorotan dari media. Soalnya yang cerdas serta tulus dalam membimbing masyarakat, menbuat agama Islam di tanah Jawa bisa tersebar secara luas. Terlebih ajaran agama dari Sunan Muria terbilang cukup menarik. Semoga bermanfaat
Download Tulisan ini.
Klik unduh untuk mendownload
- Sunan Muria, Sang Wali Penyebar Agama Islam di Jawa.pdf(getCard) #type=(download) #title=(Sunan Muria, Sang Wali Penyebar Agama Islam di Jawa.pdf) #info=(152kb) #button=(Unduh)
- Sunan Muria, Sang Wali Penyebar Agama Islam di Jawa.docx(getCard) #type=(download) #title=(Sunan Muria, Sang Wali Penyebar Agama Islam di Jawa.docx) #info=(109kb) #button=(Unduh) #color=(#2E8B57)
Link halaman download lainnya:
(getButton) #text=(Kisah Rosul) #icon=(link) #color=(#008000) (getButton) #text=(Khutbah Jum'at) #icon=(link) #color=(#008000) (getButton) #text=(Khutbah Mimbariah) #icon=(link) #color=(#008000) (getButton) #text=(Text Do'a) #icon=(link) #color=(#008000) (getButton) #text=(Text dan Naskah Lain-lain) #icon=(link) #color=(#008000) (getButton) #text=(File Lain-lain) #icon=(link) #color=(#008000)